My Blog My Dairy

something better left unsaid so I write it down

Monday, May 4, 2015

Pengalaman Nonton Bioskop di Bangkok

2 bulan yang lalu saya berkesempatan berkunjung ke Thailand, selain mengunjungi objek wisata disana tentunya tidak lupa saya menyempatkan diri untuk melakukan salah satu hobi yang saya sukai yaitu nonton dibioskop. "Kenapa jauh-jauh kesana cuman buat nonton? disini juga bisa kan?" begitu sepupu saya menanggapi ketika saya menceritakan kalo selama disana saya sempatkan untuk nonton bioskop. Jawabannya cukup simple, sebagai penggemar film saya ingin merasakan bagaimana sensasi nonton film di negeri orang, apa bedanya dengan nonton bioskop disini dan kebetulan film yang ingin saya nonton tidak masuk ke Indonesia yaitu 'Fifty Shade of Grey' jadi lengkap lah sudah alasan saya untuk nonton bioskop disana.


Hari itu hari Senin tanggal 16 Maret 2015 jam 7 malam saya dan suami sampai di Siam Paragon Mall begitu masuk mall kami langsung bertanya kepada security yang bertugas dilantai berapa bioskopnya dan security tersebut menunjuk lantai paling atas dan dengan segera kami menaiki lift untuk kelantai atas. Nama bioskopnya Paragon Cineplex kami pun langsung menemui petugas penjualan tiket untuk membeli tiket dan dia memberi tahu kami kalo disana kami dapat membeli tiket melalui e-tiket yang harganya lebih murah dari counter penjualan tiket, karena tergoda dengan harga yang lebih murah kami pun mencoba untuk membeli tiket di e-tiket mesin ditemani salah satu karyawan Paragon Cineplex tidak hanya tiket untuk beli snack seperti popcorn dan minuman pun lebih murah melalui mesin e-ticket.

suami sedang membeli tiket di e-ticket mesin ditemani karyawan Paragon Cineplex




Di Paragon Cineplex harga tiket berdasarkan tempat dimana kita duduk semakin semakin kebawah dekat screen semakin murah harga ticketnya. Harga ticket dibagi menjadi tiga kelas dari seat paling atas hingga 4 kebawah lebih mahal dibandingkan harga ticket untuk tempat duduk dibawahnya. Akhirnya kami memutuskan duduk ditengah2 karena harganya yang tidak terlalu mahal dan posisi duduk yang cukup bagus sehingga kami masih dapat menonton film dengan jelas.

tiket nonton Fifty Shades of Grey di Paragon Cineplex



Di tiket tertera pukul 21.30 kalo di Indonesia berarti film mulai pukul 21.30 jadi seperempat jam sebelumnya kita sudah bisa masuk theater, tetapi disana 21.30 itu jam masuk theater dan film dimulai sekitar pukul 22.00. Awalnya tidak ada yang berbeda dengan bioskop di Indonesia semua dimulai dengan iklan komersil dan iklan berbagai cuplikan film lain, namun begitu film mau dimulai ada yang berbeda dengan bioskop di Indonesia, sebelum film dimulai diputar dulu lagu kebangsaan Thailand dan slides show foto raja thailand tentang perjuangan nya terhadap rakyat Thailand dan beberapa cuplikan foto raja Thailand dari masa kecil hingga sekarang dan para penonton bioskop diwajibkan untuk berdiri untuk menghormati raja Thailand. 

Terus terang kami baru tahu dan sempat bingung kenapa orang pada berdiri dan tanpa banyak bertanya kami pun mengikuti yang lainnya dan akhirnya mengerti bahwa hal tersebut biasa dilakukan oleh orang Thailand setiap nonton film di Bioskop. Memang kesan yang saya dapatkan selama disini rakyat Thailand benar benar sangat mencintai rajanya sehingga kemana pun kami pergi selalu saja ada yang memasang foto Raja Thailand baik itu di instansi pemerintahan ataupun dirumah penduduk2 biasa. 

Film pun selesai dan kami segera keluar, oh iya disini theaternya tidak terlalu besar cukup menampung sekitar 40/50 orang dan kursi nonton nya sangat nyaman dan cukup lebar sehingga kita lebih bebas bergerak. 

Wednesday, April 29, 2015

Pengalaman Naik Cruise di Bali dan di Phuket

13-19 Maret 2015 kemarin saya dan suami saya berkesempatan berlibur ke Phuket-Bangkok-Pattaya, ini pertama kalinya kami menginjakan kaki di negeri gajah putih itu (Thailand). Awal perjalanan kami dimulai dari Phuket, begitu menginjakan kaki di bandara Phuket International Airport hawa panas khas daerah sisi pantai mulai terasa padahal kami landed sekitar pukul 7 mlm. Selama perjalanan menuju tempat kami menginap saya mulai memperhatikan sekitar, suasana disana tidak jauh berbeda dengan di Indonesia yang paling menarik perhatian saya ada banyak sekali wanita2 memakai hijab, setahu saya di Thailand mayoritas memeluk agama Budha ternyata di Phuket 60% Budha dan 40% Muslim karena menurut guide yang mendampingi kami dulu Phuket termasuk bagian dari Malaysia sehingga sebagian warganya beragama Muslim dan bisa berbahasa Melayu.

Sea Angel Cruise
Hari ke2 kami mengunjungi Wat Tham Suwanakhuha (Budha Cave Temple) kemudian ke James Bond Island dan makan siang di Muslim Village dengan menggunakan long tail boat, dan beberapa tempat lainnya, di hari ke2 saya sangat menikmati, tidak ada keluhan sama sekali. Dihari ke3 baru kami mengunjungi Phi Phi Island menggunakan Sea Angel Cruise, ini kali ketiga saya ber-cruise ria, yang pertama cruise di Bali menggunakan Bali Hai Cruise yang ke2 cruise di bali juga dengan Quicksilver, karena sudah ada pengalaman sebelumnya jadi sangat mudah bagi saya untuk membandingkan fasilitas2 nya, dan menurut saya cruise di Bali jauh lebih menyenangkan dan fasilitasnya pun jauh lebih baik.
penumpang Sea Angel Cruise

penampakan kami yg duduk di dek kapal
Begitu naik kapal Sea Angel Cruise di Phuket kami agak kaget karena begitu banyaknya penumpang yang tidak kebagian tempat duduk termasuk kami, akhirnya kami memutuskan untuk duduk di pinggir dek kapal yang kesorot sinar matahari langsung (siap2 kulit jadi item kaya suami hahaha). Di Sea Angel Cruise penumpangnya bervariasi ada yang dari Amerika, Australia, Eropa, India, juga China.


Sepanjang perjalanan tidak ada coffee break sama sekali, begitu sampai di Phi Phi Island kami dipungut biaya lagi untuk masuk ke pulau itu sekitar 20 bath (kurang lbh Rp. 8.000) perorang yang seharusnya menurut saya akan lebih baik kalo sudah termasuk dalam paket cruise yang kami ambil, nilai nya sih kecil tapi agak menggangu kenyamanan para penumpang karena pada saat kami mengambil paket tour semua sudah include jadi terkesan seperti kesana kemari harus bayar lagi termasuk ke toilet dan tissue nya pun harus bayar lagi.


Terus terang ini kesan yang kami dapat selama mengunjungi tempat2 pariwisata di Thailand 'semua serba diduitin'. Sebelumnya mengunjungi Phi Phi Island kami sempat snorkling dulu, sebelum peralatan snorkling di bagikan kami harus antri terlebih dulu harus sendiri karena tidak bisa di wakilkan begitu di kasih peralatan snorkling tangan kami ditulis nomor sesuai dengan nomor antrian pengambilan peralatan snorkling yang nantinya begitu selesai petugas akan memanggil kami dengan menyebutkan nomor untuk mengembalikan peralatan snorkling tersebut. Waktu snorkling di batasi sekitar sejam an ada beberapa penumpang yang ingin tambahan beberapa menit untuk snorkling namun salah satu petugas laki-laki berteriak dengan menggunakan bahasa Inggris yang artinya "kalo kamu tidak mau naik ke kapal sekarang kamu saya tinggalin disini" yang menurut saya agak kurang pantas diucapkan karena bagaimanapun penumpang itu adalah salah satu customer mereka yang seharusnya harus tetap bisa dilayani dengan baik dengan kata2 yang lebih sopan.


Sampailah kami di Phi Phi Island. Waktunya makan siang, begitu antri makanan beberapa detik saja makanan sudah habis jadi kami harus nunggu makanan datang beberapa menit lagi, begitu selesai mengambil makanan kami tidak kebagian tempat duduk lagi karena jumlah penumpang yang sangat banyak tapi tempat duduk yang sangat sedikit padahal pulau ini lumayan luas untuk menampung kami tapi ya lagi lagi tidak kebagian tempat duduk lagi akhirnya kami memutuskan untuk duduk diatas tembok pembatas jalan. Selesai makan kami hanya duduk disana tidak ada fasilitas pinjaman peralatan water sport sama sekali cuman bisa berenang dipinggir pantai dan menikmati pemandangan sekitar sampai waktunya pulang dengan kapal cruise tadi.

berasa imigran gelap

Pas pulang lagi lagi kami tidak kebagian tempat duduk di kapal itu, herannya penumpang yang duduk kali ini lebih banyak di bandingkan pas pergi tadi. Karena perjalanan pulang yg cukup lama sekitar 2/3 jam an banyak penumpang yang akhirnya tidur dipinggir dek kapal (berasa imigran gelap) dan kali ini matahari panasnya menyorot 2 kali lipat dibandingkan pas pergi tadi. Begitu sampai ke dermaga supir dari Sea Angel Cruise yang menjemput kami ternyata kebagian tugas mengantarkan penumpang lain jadi kami diantarkan oleh supir yang lain itupun dengan cara yang tidak teratur mirip dengan cara supir2 elf cari penumpang kurang lebih.


Nah sekarang waktunya menceritakan pengalaman cruise pertama dan kedua saya di Bali, dimulai dari yang pertama dengan menggunakan Bali Hai Cruise.

didalam kapal Bali Hai Cruise
diluar kapal Bali Hai Cruise
Sebelum naik kapal Bali Hai Cruise kami disambut oleh 2 perempuan berpakaian adat traditional seperti penari merak, disitu kami langsung di ajak berfoto (yang nantinya foto bisa dibeli di atas kapal dalam perjalanan pulang) dalam kapal suasana nyaman sekali (seperti di foto) penumpang tampak duduk nyaman ditempatnya masing tanpa berdesak desakan, diluar kapal pun kita masih bisa duduk nyaman (seperti difoto kanan) dalam perjalanan menuju pulau Lembongan kami disuguhi coffee break berupa minuman teh/kopi juga snack2 ringan pengganjal perut sebelum makan siang di Lembongan.

Sebelum kepulau Lembongan kami mampir di suatu tempat yang disebut The Pontoon semacam dermaga ditengah laut disana kita dapat melakukan water sport seperti snorkling, banana boat, water slide, parasailing, semi-submarine yang free sementara untuk scuba diving dikenakan biaya tambahan tentunya ini pilihan jika anda mau bisa mencoba dengan membayar uang tambahan,  dan semua perlengkapannya di fasilitasi oleh Bali Hai Cruise. Sayangnya air agak kurang jernih  dan pemandangan bawah laut disini kurang begitu bagus tapi kita masih dapat melihat kebawah laut dan ikan2 yang berenang didalamnya, oh iya disini diberi waktu beberapa jam sampai waktu makan siang di Pulau Lembongan.

Sesampainya di pulau Lembongan kami makan siang karena bersatu dengan turis turis dari luar tentu saja ada beberapa makanan yang non halal tapi disini mereka memberi tulisan nama makanan jadi kita dapat memilih makanan yang halal untuk muslim. Makan siang disini tidak pakai acara rebut2an makanan seperti di Sea Angel Cruise dan semua penumpang dapat tempat duduk yang cukup nyaman. Penumpang Bali Hai Cruise kebanyakan bule dari Eropa, Amerika, dan Australia juga beberapa orang lokal seperti saya. Selepas makan siang kita dapat menikmati suasana pinggir pantai disana disediakan beberapa kursi malas untuk berjemur ada juga peralatan snorkling yang bisa kita pakai selama kita disana, selain itu juga ada perahu kano yang bisa kita pakai disekitar pulau dan tentunya free.

Pulau Lembongan
Begitu kembali kekapal untuk perjalanan pulang kami masih dapat tempat duduk yang sama dengan saat kami pergi tadi bahkan ada beberapa barang yang kami simpan dikapal selama kami ke pulau Lembongan dan begitu kami kembali masih berada ditempatnya dan tidak ada yang hilang. Di Pontoon juga ada loker2 penitipan barang dengan kunci yang kita pegang sendiri selama kita water sport sehingga aman, jadi kita hanya membawa barang2 yang perlu saja pada saat pergi kepulau lembongan. Dan akhirnya sampailah kami didermaga dan kami pun diantar kepenginapan kami oleh supir dari Bali Hai Cruise yang tadi pun menjemput kami kesini. Sangat teratur dibandingkan dengan Sea Angela Cruise di Phuket.

Kedua kalinya ke Bali kami ingin mencoba cruise yang lain kali ini kami mencoba Quicksilver Cruise, disini kebanyakan penumpang dari asia seperti dari china, taiwan, japan, thailand, dll. Sampai didermaga Quicksilver kami langsung naik kapal sesuai kelas kami, yang sebelumnya telah diberi sticker sesuai

Quicksilver 
dengan kelas yang kami ambil, disini pun kami mendapat tempat duduk yang cukup nyaman memang tidak senyaman Bali Hai Cruise tapi cukun nyaman dibandingkan Sea Angel cruise diluar pun kami masih dapat tempat duduk. Karena kebanyakan tamu berbahasa China sepanjang jalan kami disuguhi lagu2 berbahasa China dan pegawainya pun cukup cakap berbahasa China.

Quicksilver Pontoon (Watersport Area)
Disini pun kami diberi coffe break selama perjalanan ke Pontoon. Di Pontoon kami bisa melakukan water sport dengan fasilitas seperti di Bali Hai Cruise bedanya disini pemandangan bawah lautnya lebih bagus dan airnya lebih jernih. Karena pada saat itu hujan jadi kami memutuskan untuk tidak ikut ke pulau Nusa Penida dan makan siang pun dilakukan di Pontoon, pilihan makanannya pun bervariasi dan banyak rasa cukup masuk dengan lidah saya, kami tidak perlu berebut makanan karena makanan disini selalu tersedia dan mencukupi untuk semua penumpang.


Di Quicksilver owner nya turun langsung untuk dan sangat ramah terhadap semua penumpang sehingga penumpang merasa sangat diperhatikan, bahkan pada saat saya duduk dia menawarkan saya untuk mencoba watersport karena waktu itu saya sedang berhalangan jadi tidak bisa ikut berenang dan snorkling disana. Saat perjalan pulang pun kami mendapat tempat duduk yang sama dan begitu sampai dermaga kami diantar kembali kepenginapan oleh driver yang tadi menjemput kami.

Begitulah kira2 pengalaman saya selama mencoba cruise di Bali dan di Phuket semoga dapat bermanfaat dan menjadi bahan masukan untuk para traveller yang berencana pergi berlibur dan ber cruise ria di Bali ataupun di Phuket.
Quicksilver Pontoon (Dinning Area)